7+ Macam-Macam Majas beserta Contohnya Lengkap

Macam-Macam Majas – Gaya Bahasa atau sering disebut juga majas merupakan salah satu unsur penting dalam karya sastra dan menjadi pembeda antara teks sastra dengan jenis teks lainnya. Penggunaannya bertujuan untuk memberikan kesan ‘asing’ dan memperindah bahasa dalam suatu teks.

Jenis Majas dan Contohnya

 

Jenis Majas dan Contohnya

Gaya Bahasa yang umum dikenal terbagi dalam empat tipe, yaitu perbandingan, pertentangan, sindiran dan penegasan. keempat tipe ini bisa ditemukan pada beragam jenis tulisan termasuk dalam karya tulis sastra.

Tidak hanya dalam bentuk tulisan, bahkan tidak jarang seseorang tidak sadar menggunakan salah satu dari jenis tersebut. Namun saking banyaknya pembagian di dalamnya mungkin Anda akan kebingungan untuk mengidentifikasi jenis gaya bahasa. Berikut pengertian beserta contoh dari setiap jenisnya;

Majas Perbandingan

 

Majas Perbandingan

Sesuai dengan namanya gaya bahasa ini membandingkan dua objek untuk menonjolkan salah satu atau keduanya. Terdiri dari Metafora, Simile, Personifikasi, Alegori, Metonimia, Hiperbola, Sinekdoke, dan Eufemisme.

1. Metafora

Metafora adalah jenis gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang berbeda tanpa menggunakan kata ‘seperti’, ‘layaknya’, atau kata-kata pembanding lainnya. Hal ini bertujuan untuk menonjolkan makna keterhubungan antara keduanya.

Contoh :

  • Senyumannya adalah mentari pagi bagi hariku
  • Waktu adalah uang
  • Ia dikenal sebagai anak emas di sekolahnya

‘Mentari pagi’, ‘anak emas’ dan ‘uang’ tentu bukan merujuk pada arti yang sesungguhnya. Kata-kata tersebut digunakan sebagai ungkapan pembanding yang dianggap sesuai dengan konteksnya.

2. Simile

Simile adalah jenis majas perbandingan dengan menggunakan kata ‘seperti’, ‘bagaikan’, ‘bak’, ‘layaknya’. dll. Gaya bahasa ini sering digunakan untuk menonjolkan karakteristik salah satu objek.

Contoh :

  • Mereka bertengkar seperti anjing dan kucing.
  • Anak itu seberani singa saat melawan kakaknya
  • Sorotan matanya lebih bersinar daripada cahaya rembulan di malam hari.

Simile mungkin menjadi salah satu jenis gaya bahasa yang mudah dikenali, karena memiliki ciri khas penggunaan kata-kata pembanding.

3. Personifikasi

Personifikasi merupakan majas yang menyandingkan sifat-sifat makhluk hidup pada sesuatu yang mati. Menggunakan personifikasi dapat mempengaruhi cara pembaca dalam membayangkan sesuatu yang mati namun seakan akan hidup.

Contoh:

  • Matahari menyapaku di pagi hari
  • Desember adalah bulan paling kejam sepanjang tahun.
  • Angin itu membisikkan cerita sedih di telingaku.

‘Matahari’, ‘Desember’, dan ‘Angin’ adalah benda mati yang disifati dengan sesuatu yang biasanya hanya menempel pada manusia. Kata kerja ‘menyapa’ dan ‘bisik’, juga sifat ‘kejam’ adalah hal yang hanya bisa dimiliki oleh manusia. Namun, dalam kebutuhan sastra, hal-hal seperti ini bisa saja terjadi.

4. Alegori

Alegori adalah kiasan yang digunakan sebagai ungkapan untuk menyatakan sesuatu yang berarti bukan sebenarnya.

Contoh:

  • Seorang suami adalah nahkoda bagi keluarganya
  • Buku adalah jendela dunia bagi semua orang

Kata ‘nahkoda’ dan ‘jendela dunia’ tidak bermakna sebenarnya, namun hanya sebagai kiasan dalam menyampaikan maksud tertentu. Nahkoda bisa dimaknai sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab atas banyak hal, lalu jendela dunia berarti buku sebagai alat atau medium untuk  belajar.

5. Metonimia

Metonimia digunakan dengan menyebut satu merek tertentu yang sebenarnya hanya bermaksud untuk merujuk pada jenis produknya.

Contoh:

  • Ibu menyuruhku membeli Royco untuk memasak sayur sop.
  • Ayah pergi ke Bali menggunakan Garuda.

‘Royco’ bermakna bumbu penyedap, sedangkan ‘garuda’ merujuk pada moda transportasi pesawat terbang.

6. Hiperbola

Gaya bahasa jenis ini digunakan untuk melebih lebihkan sesuatu bahkan sampai terkesan tidak masuk akal. Hal ini bertujuan untuk menekankan suatu emosi atau deskripsi tertentu. Hiperbola juga terkadang menggunakan simile dan konteks perbandingan lainnya.

Contoh:

  • Kakakku lebih tinggi daripada gedung pencakar langit.
  • Sudah kukatakan jutaan  kali, jangan simpan sepatumu di luar

Sesuai dengan fungsinya, yakni melebih lebihkan. Tiga contoh kalimat di atas memberikan kesan yang berbeda dengan menyandingkan satu hal dengan sesuatu yang ‘jauh’ atau bahkan terlampau tidak masuk akal.

7. Sinekdoke

Sinekdoke adalah jenis bahasa kiasan yang menggunakan satu bagian untuk merujuk pada keseluruhan, atau keseluruhan untuk merujuk pada bagian tertentu. Gaya bahasa ini juga bisa dibagi ke dalam dua jenis, yakni;

A. Sinekdoke pars pro toto

Pars pro toto digunakan dengan menyebut satu bagian tertentu dengan maksud keseluruhannya

Contoh:

  • Ruangan ini bisa menampung ribuan kepala
  • Sejak kemarin, aku belum melihat batang hidung si Disa.

‘Kepala’ dan ‘batang hidung’ dimaksudkan untuk menyebut atau mewakilkan satu keseluruhan dari manusia atau orang.

B. Sinekdoke totem pro parte

Jenis sinekdoke ini digunakan dengan menyebut satu keseluruhan yang sebenarnya hanya merujuk pada suatu bagian tertentu

Contoh:

  • Sekolah Pradipa Bangsa menjuarai Olimpiade Matematika Nasional.
  • Myanmar telah melumpuhkan Vietnam dalam All England.

‘sekolah pradipa Bangsa’ dan ‘Myanmar’ maupun ‘Vietnam’ disebutkan dengan maksud satu unit yang lebih kecil. Misalnya apa yang dimaksud dengan ‘Sekolah Pradipda Bangsa’ adalah hanya merujuk pada seorang murid saja yang menjuarai olimpiade.

8. Eufemisme

Eufemisme bermakna sebagai ungkapan yang digunakan untuk memperhalus ungkapan yang lebih kasar.

Contoh:

  • Ibu Dina sudah bertahun tahun bekerja menjadi asisten rumah tangga di Jakarta.
  • Siswa kurang mampu mendapat subsidi buku pelajaran dari pemerintah.

‘Asisten Rumah Tangga’ dan ‘kurang mampu’ adalah bahasa yang lebih halus dan lebih diterima daripada kata ‘pembantu’ dan ‘miskin’.

Majas Pertentangan

 

Majas Pertentangan

Gaya bahasa ini adalah jenis gaya bahasa yang menyandingkan objek-objek yang saling berlawanan. Terdiri dari paradoks, Antitesis, Litotes

1. Paradoks

Paradoks adalah jenis gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang sangat bertentangan namun berhubungan.

Contoh:

  • Ia sering merasa kesepian meski berada di tengah keramaian.
  • Beraktinglah senatural mungkin.

‘merasa kesepian di tengah keramaian merupakan dua hal yang saling bertolak belakang’ tapi bisa saja terjadi.

2. Antitesis

Antitesis merupakan jenis majas yang menempatkan dua kata berlawanan secara berurutan.

Contoh:

  • Semua perempuan itu cantik, baik gemuk atau kurus, hitam atau putih, tinggi atau pendek

Kalimat contoh di atas mengandung beberapa kata yang berlawanan untuk menegaskan keberagaman dari kecantikan perempuan yang tidak bisa didefinisikan dalam satu standar tertentu.

3. Litotes

Litotes bisa disebut sebagai kebalikan dari majas hiperbola. Jika hiperbola berusaha untuk ‘melebih lebihkan’ sesuatu, maka litotes berusaha untuk ‘merendahkan’ sesuatu dengan maksud untuk ‘menyindir’.

Contoh:

  • Silakan mampir ke gubuk kecilku
  • Setiap hari bapak bersusah payah mencari sesuap nasi.

Frasa ‘gubuk kecil’ dan ‘sesuap nasi’ memiliki makna yang lebih dalam. Misalnya, gubuk kecil digunakan sebagai ungkapan untuk menyebut rumah dua lantai yang sangat layak. Lalu, ‘sesuap nasi’ merujuk pada mencari nafkah untuk makan, yang mungkin tentunya tidak hanya sesuap saja.

Majas Sindiran

Majas Sindiran

 

Jenis sindiran ini sesuai namanya digunakan untuk kebutuhan ‘menyindir’. Terdiri dari; Ironi, Sarkasme, Sinisme.

1. Ironi

Gaya bahasa ini biasanya digunakan untuk menyatakan sesuatu yang menyindir dengan menyembunyikan fakta dan mengungkapkan sebaliknya.

Contoh:

  • Bagus sekali suaramu, sampai telingaku rasanya mau pecah.
  • Mita datang ke sekolah tepat waktu, bahkan saat ia sampai ke sana,  upacara pun sudah selesai.

Kalimat contoh di atas menyatakan ungkapan yang berbeda dari faktanya dengan maksud untuk menyindir. Pujian ‘suara bagus’ dimaksudkan untuk menyindir suara yang jelek, juga ‘tepat waktu’ ditujukan untuk menyindir seseorang yang terlambat datang ke sekolah.

2. Sarkasme

Sarkasme digunakan untuk menyindir dengan bahasa yang lebih kasar.

Contoh:

  • Kamu itu sampah masyarakat, tidak pantas berada di sini!
  • Kau membaca cerita seperti mengeja kalimat, lama sekali!

Sesuai dengan fungsinya, ungkapan sarkasme dimaksudkan untuk menghardik dengan bahasa yang cukup kasar, seperti contoh kalimat di atas, frasa ‘sampah masyarakat’ digunakan untuk menyebut seseorang yang ‘tidak berguna’.

3. Sinisme

Sinisme biasanya digunakan sebagai ungkapan menyindir secara langsung.

Contoh:

  • Bajumu jelek sekali, sampai aku ingin membuangnya
  • Soal semudah ini saja tidak bisa dikerjakan

Kalimat contoh di atas sudah memiliki kesan ‘sinis’ secara langsung jika diutarakan.

Macam-Macam Majas “Majas Penegasan”

 

Macam-Macam Majas "Majas Penegasan"

Gaya Bahasa ini merupakan gaya bahasa yang digunakan sebagai penekanan atas suatu hal tertentu.  terdiri dari; Pleonasme, Aliterasi, Repetisi, Tautologi, Paralelisme, Retorika.

1. Pleonasme

Pleonasme bermakna sebagai sebuah ungkapan yang sering kali dianggap mubazir, karena keberadaannya tidak terlalu penting dalam sebuah kalimat.

Contoh:

  • Sebagai seorang perempuan yang mandiri, kita harus bisa berdiri di kaki sendiri
  • Para siswa menundukkan kepalanya ke bawah saat sesi mengheningkan cipta

‘Berdiri di kaki sendiri’ sebetulnya merupakan ungkapan yang kurang efektif, karena kata ‘berdiri’ sudah dipahami secara umum merujuk pada kaki. Begitu Pula dengan ‘menundukkan kepala ke bawah’ yang mana kata kerja ‘menunduk’ sudah pasti dipahami ‘ke bawah’.

2. Aliterasi

Aliterasi adalah pengulangan huruf konsonan dalam suatu kalimat.

Contoh:

  • Bedo beli baju baru bersama bude.
  • Tina tadi terima telepon Tedi

Setiap kata dalam kalimat contoh di atas diawali dengan huruf konsonan yang sama yaitu ‘B’, dan ‘T’.

3. Repetisi

Repetisi merupakan pengulangan sebuah makna dengan kata atau kalimat yang berbeda.

Contoh:

  • Ayah bekerja keras, banting tulang dari pagi sampai malam untuk menghidupi keluarganya semata.

Seperti kalimat di atas, makna ‘bekerja keras’ diulang beberapa kali dengan bahasa yang berbeda untuk memberikan kesan penekanan.

4. Tautologi

Gaya bahasa tautologi adalah pengulangan kata yang memiliki makna yang sama. Hal ini diujarkan sebagai penegasan atas sesuatu.

Contoh:

  • Rakyat akan merasa tenang, damai dan rukun jika semuanya memiliki sifat toleransi pada setiap perbedaan.

Kata tenang, damai dan rukun sebenarnya merujuk pada satu keadaan yang sama, namun disebutkan berulang untuk menekankan maksud yang dituju.

5. Paralelisme

Paralelisme merupakan pengulangan kata yang bertujuan untuk mempertegas satu keadaan. Biasanya lebih sering dijumpai dalam puisi.

Contoh :

  • Ibu adalah matahariku,

Ibu adalah rembulanku,

Ibu adalah hidupku,

Ia adalah surgaku

Kalimat-kalimat di atas bisa dianggap sebagai satu bait dalam puisi. Pengulangan kalimat terjadi beberapa kali sebagai suatu penegasan.

6. Retorika

Gaya bahasa jenis ini biasanya berbentuk kalimat tanya, yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban.

Contoh:

  • Siapa yang tidak mau masuk sekolah bagus?
  • Manusia mana yang bisa bertahan hidup tanpa makan?

Contoh kalimat tanya di atas tidak memerlukan jawaban layaknya fungsi kalimat tanya yang seharusnya. Pertanyaan tersebut hanya diungkapkan untuk menegaskan sesuatu yang sudah jelas.

Macam-macam majas yang telah disebutkan di atas mungkin banyak Anda jumpai dalam berbagai jenis karya sastra. Penggunaan gaya bahasa membutuhkan pengetahuan yang luas, baik untuk membuatnya bagi penulis maupun untuk memahaminya bagi para pembaca.

7+ Macam-Macam Majas beserta Contohnya Lengkap

Tinggalkan komentar